Todung Mulia Lubis
JAKARTA – Todung Mulya Lubis akhirnya menyerah sebagai ketua tim Joint Committee (JC). Kinerja tim JC yang tidak juga mendapatkan hasil positif, menjadi salah satu alasan Todung mundur dari jabatannya.
Desas desus mundurnya Todung dari ketua JC, sebenarnya sudah tercium cukup lama. Hal itu semakin kentara, karena Todung sendiri seolah tidak membantah adanya isu yang berkembang tersebut. Ketidak tegasan itulah yang membuat berbagai pihak memprediksi jika Todung akan menanggalkan jabatannya.
Todung sendiri adalah salah satu perwakilan JC dari pihak PSSI. Dirinya tergabung dengan tiga anggota lain seperti Widjajanto, Saleh Ismail Mukadar, dan Catur Agus Saptono. Sedangkan dari pihak Komite Penyelamat Sepak bola Indonesia (KPSI), diwakili Joko Driyono, Togar Manahan Nero, Hinca Panjaitan, dan Djamal Aziz.
“Saya sibuk dengan pekerjaan lain, susah sekali membagi waktunya. Apalagi pekerjaan di sini sangatlah berkepanjangan. Saya juga melihat komposisi design di JC tidak memungkinkan untuk mendapatkan titik temu. Dengan komposisi empat lawan empat, sulit untuk mendapatkan titik temu dan ujung-ujungnya deadlock,” ungkap Todung.
Pria kelahiran Muara Botung, Tapanuli Selatan, Sumatera Utara, menjelaskan, jika surat pengunduran diri sudah dilayangkan langsung kepada ketua umum (Ketum) PSSI, Djohar Arifin Husin, Senin (29/10/2012). Todung pun menilai, beberapa kinerja awal JC sebenarnya sudah mendapatkan beberapa hasil.
“Kalau saya lihat sebenarnya sudah jalan. Artinya, penyatuan liga sudah dalam pembahasan, revisi statuta ada tim yang bahas itu, sedangkan Timnas sudah diputuskan di bawah yuridiksi PSSI. Jadi, semua pemain harus tunduk pada pemanggilan. Kalau tidak mau datang ya disanksi,” papar Todung.
Dengan mundurnya Todung, JC yang dibentuk berdasarkan hasil mediasi antara PSSI, KPSI, dan PT Liga Indonesia (PT Liga) yang difasilitasi oleh tim Task Force tinggal menyisakan tujuh orang anggota. Apakah akan ada pengganti pria kelahiran 4 Juli 1949 tersebut, masih jadi tanda tanya.
“Apa perlu ada pengganti atau tidak, saya rasa akan sama saja. Tapi semuanya Task Force yang akan memutuskannya. PSSI sendiri menyerahkan semuanya kepada Task Force langkah apa yang akan dipanggil. Tapi kami belum memikirkan pengganti, karena dampak belum ada,” tutur Djohar.
Sementara itu, Joko menilai mundurnya Todung menjadi suatu masalah yang serius. Sejak adanya kesepakatan soal JC dalam MoU sekitar bulan Juni, tim yang ditugaskan untuk mencari solusi terbaik untuk persepakbolaan Indonesia sebenarnya sudah separuh jalan bekerja.
“Saya coba untuk melihat ini apa. Pada prinsipnya ini hal yang serius. Sebenarnya tim ini sudahlah berjalan, dengan berkurangnya anggota JC menjadi masalah serius dalam implementasi MoU. Dengan demikian saya menganggap bahwa kita tidak mempunyai regulasi dan norma kecuali MoU sendiri,” jelas Joko.
“JC sendiri adalah salah satu alat yang telah disepakati dalam MoU, untuk mengimplementasikan semua tugas-tugas yang telah disepakati dalam MoU itu sendiri. Saya melihat sepakbola kita sedang diuji waktu, yang mungkin ujungnya pada bulan Desember nanti. Sekarang kita lihat, apakah kita bisa keluar dari kesulitan ini,” tambah pria yang juga menjabat sebagai CEO PT Liga.
Jokdri, sapaan akrab Joko, sebenarnya sudah memprediksi jika pekerjaan JC tidak akan mudah. Gejolak demi gejolak yang saat ini terjadi tidak henti-hentinya terjadi, sebenarnya sudah diprediksi sejak lama.
“Secara pribadi sebenarnya saya tidak bisa berkomentar apapun mengenai beliau, karena ini adalah masalah pribadi. Tapi dari awal saya selalu sharing dengan anggota-anggota lain, bahwa ini bukan pekerjaan mudah. Oleh karena itu, saat kami bersama berkomitmen menjalankan amanah, kami dituntut untuk mencurahkan seluruh perhatian dan energi,” tutup Joko.
0 komentar:
Posting Komentar